Jalan Rel pertama di Indonesia dibangun oleh perusahaan
swasta Belanda bernama NIS ( Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij)
yaitu dimulai dari Semarang menuju ke arah solo dan Jogjakarta, bagian pertama
dari pembangunan jalur tersebut diresmikan pada tanggal 10 agustus 1867 yang
menghubungkan Semarang dan desa Tanggung sepanjang 25 kilometer dengan lebar
spoor 1435 mm, dan pembangunan sesuai rencana hingga Yogyakarta akhirnya dapat
diselesaikan pada 10 Juni 1872.
Stasiun
Tuntang
Stasiun
Tawang
Yang menjadi sasaran utama dari pembangunan jalur kereta api
ini adalah hasil perkebunan disekitar solo dan Yogyakarta yang akan diangkut ke
pelabuhan di Semarang, Tapi selain kepentingan bisnis tersebut, tampaknya
pemerintah juga menyisipkan kepentingannya dalam pembangunan jalur kereta ini,
seperti dengan membuat jalur menyimpang ke arah AMBARAWA yang pada waktu
itu merupakan lokasi benteng Belanda, dikarenakan wilayah Ambarawa merupakan
daerah perbukitan, maka dalam pembangunannya, jalur di Ambarawa ini menggunakan
rel bergigi karena harus melalui tanjakan yang curam.
Lebar Spoor 1067
Untuk wilayah daerah barat Jawa, jalur kereta api dari Bogor
ke Jakarta di bangun oleh NIS pada tahun 1871 s.d 1873 sepanjang 66 km.
Jalur ini sudah menggunakan lebar spoor 1067, dan pada tanggal 1 November 1913
jalur ini di ambil alih oleh SS Perusahaan Milik Pemerintah Belanda, Pemerintah
belanda melalui perusahaan jalan rel SS memulai pembangunan jalan rel di Jawa
diantaranya:
- Jalur Bogor - Cicurug sepanjang 27 Km diresmikan 5 Oktober 1881
- Kemudian diteruskan ke arah Sukabumi dan terus kearah timur melewati bandung, dan tersambung sampai Yogyakarta pada 1 November 1894.
- Jalur Surabaya - Pasuruan diresmikan pada 16 Mei 1878, dan diteruskan sampai solo pada 24 mei 1884
Karena jalur Solo - Yogyakarta sudah ada jalan rel NIS dengan
lebar 1435 mm, pada mulanya SS tidak membangun jalan dari Solo-Jogja. Penumpang
kereta api SS dari Jakarta berhenti di stasiun JOgja dan berganti kereta NIS
menuju Solo, kemudian melanjutkan lagi perjalanan sampai Surabaya. Untuk
menghindari penumpang berpindah kereta maka SS memasang rel ketida dan mulai
digunakan pada 1 Mei 1929, mulai saat itu kereta api SS dan NIS dapat melewati
jalur Jogja - Solo.
Pada jaman pendudukan jepang, untuk keperluan perang di
negara lain, salah satu rel ketiga pada jalur Solo-Jogja di bongkar dan lebar
spoor di ubah menjadi 1067mm, demikian pula jalur Semarang - Solo juga diubah
menjadi 1067 mm..(Teknologi jaln Rel :Darmawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar